Panembahan Senopati Hing Alaga Panata Gama
Sifat Pemimpin menurut Falsafah Jawa atau dikenal dengan Asta Brata adalah merupakan 8 sifat
inti seorang pemimpin dalam tradisi Jawa. Sikap yang harus dimiliki oleh
penguasa jika ingin rakyat yang dipimpinnya menjadi tentram dan sejahtera. Asta
Brata yang dalam terjemahan bebas; delapan ajaran utama tentang
kepemimpinan, merupakan petunjuk Sri Rama kepada adiknya yang akan dinobatkan
sebagai raja Ayodya.
Secara simbol, Asta Brata merupakan sifat-sifat mulia yang di ambil dari alam semesta dan patut untuk dijadikan pedoman bagi seluruh pemimpin negeri ini.
Secara simbol, Asta Brata merupakan sifat-sifat mulia yang di ambil dari alam semesta dan patut untuk dijadikan pedoman bagi seluruh pemimpin negeri ini.
Asta Brata merupakan
kebijaksanaan turun-temurun yang diselipkan dalam artefak-artefak Jawa, salah
satunya melalui kesenian Wayang atau Ketoprak. Banyak makna yang mengacu pada
jalan pencerahan yang akan menuntun siapapun, khususnya para pemimpin jika
berhasil memahami esensi falsafah Asta Brata ini. Kebijaksanaan dan
keselamatan merupakan inti pemahaman yang akan didapatkan seorang pemimpin jika
mempelajari dan mempraktekkannya.
Delapan sifat pemimpin menurut
falsafah Asta Brata antara laian:
1. Laku Hambeging Indra
Seorang yang dipercaya menjadi
pemimpin, hendaknya mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam segala
tindakannya dapat membawa kesejukan dan kewibawaan yang seperti bintang.
Maknanya, seorang pemimpin haruslah kuat, tidak mudah goyah, berusaha
menggunakan kemampuan untuk kebaikan rakyat, tidak mengumbar hawa nafsu, kuat
hati dan tidak suka berpura-pura. Seorang pemimpin haruslah adil seperti air,
yang jika di seduh di gelas akan rata mengikuti wadahnya. Keadilan yang
ditegakkan bisa memberi kecerahan ibarat air yang membersihkan kotoran. Air
juga tidak pernah emban oyot emban cindhe “pilih kasih” karena air akan
selalu turun ke bawah, tidak naik ke atas.
2. Laku Hambeging Yama
Pemimpin hendaknya meneladani sikap dan
sifat Dewa Yama, dimana Dewa Yama selalu menegakkan keadilan menurut hukum atau
peraturan yang berlaku demi mengayomi rakyatnya. Harus menindak tegas abdinya,
jika mengetahui abdinya itu memakan uang rakyat dan mengkhianati negaranya.
Dewa Yama memiliki sifat seperti mendung (awan), mengumpulkan segala
yang tidak berguna menjadi lebih berguna. Adil tidak pilih kasih. Bisa
memberikan ganjaran yang berupa hujan dan keteduhan. Jika ada yang salah maka
akan dihukum dengan petir dan halilintar.
3. Laku Hambeging Surya
Seorang pemimpin yang baik haruslah
memiliki sifat dan sikap seperti matahari (surya) yang mampu memberi
semangat dan kekuatan yang penuh dinamika serta menjadi sumber energi bagi bumi
pertiwi. Sifat matahari berarti sabar dalam bekerja, tajam, terarah dan tanpa
pamrih. Semua yang dijemur pasti kena sinarnya, tapi tidak dengan serta merta
langsung dikeringkan. Jalannya terarah dan luwes. Tujuannya agar setiap manusia
sabar dan tidak sulit dalam mengupayakan rejeki. Menjadi matahari juga berarti
menjadi inspirasi pada bawahannya, ibarat matahari yang selalu menyinari
semesta.
4.
Laku Hambeging Candra
Pemimpin hendaknya memiliki sifat dan
sikap yang mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam
kebodohan dengan wajah yang penuh kesejukan seperti rembulan (candra),
penuh simpati, sehingga rakyat menjadi tentram dan hidup dengan nyaman.
Rembulan juga bersifat halus budi, terang perangai, menebarkan keindahan kepada
seisi alam. Seorang pemimpin harus berlaku demikian, menjadi penerang bagi
rakyatnya.
5. Laku Hambeging Maruta
Maruta adalah angin.
Pemimpin harus menjadi seperti angin. Senantiasa memberikan kesegaran dan
selalu turun ke bawah melihat rakyatnya. Angin tidak berhenti memeriksa dan
meneliti, selalu melihat perilaku manusia, bisa menjelma besar atau kecil,
berguna jika digunakan. Jalannya tidak kelihatan, nafsunya tidak ditonjolkan.
Jika ditolak ia tidak marah dan jika ditarik ia tidak dibenci. Seorang pemimpin
harus berjiwa teliti di mana saja berada. Baik buruk rakyat harus diketahui
oleh mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan bawahannya. Biasanya,
bawahan bagitu pelit dan selektif dalam memberikan laporan kepada pemimpin, dan
terkadang hanya kondisi baik-baiknya saja yang dilaporkan.
6. Laku Hambeging Bumi
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat
utama dari bumi, yaitu teguh, menjadi landasan pijak dan memberi kehidupan
(kesejahteraan) untuk rakyatnya. Bumi selalu dicangkul dan digali, namun bumi
tetap ikhlas dan rela. Begitu pula dengan seorang pemimpin yang rela berkorban
kepentingan pribadinya untuk kepentingan rakyat. Seorang pemimpin haruslah
memiliki sikap welas asih seperti sifat-sifat bumi. Falsafah bumi yang
lain adalah air tuba dibalas dengan air susu. Keburukan selalu dibalas dengan
kebaikan dan keluhuran.
7. Laku Hambeging Baruna
Baruna berarti samudra yang luas.
Sebuah samudra memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak
dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Samudera merupakan wadah air
yang memiliki sifat pemaaf, bukan pendendam. Air selalu diciduk dan diambil
tapi pulih tanpa ada bekasnya. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf,
sebagaimana sifat air dalam sebuah samudra yang siap menampung apa saja yang
hanyut dari daratan. Samudra mencerminkan jiwa yang mendukung toleransi dalam
hidup bermasyarakat yang berkarakter majemuk.
8. Laku hambeging Agni
Pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia
dari api (agni), yang selalu mendorong rakyatnya memiliki sikap
nasionalisme. Seperti api, berarti pemimpin juga harus memiliki prinsip menindak
yang bersalah tanpa pilih kasih. Api bisa membakar apa saja, menghanguskan
semak-semak, menerangkan yang gelap. Bisa bersabar namun juga bisa sangat marah
membela rakyatnya jika dizolimi dan tetap memiliki pertimbangan berdasarkan
akal sehat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Jika kita melihat para pemimpin
Indonesia saat ini, sudahkah sesuai dengan falsafah Asta Brata di atas ?
Jika belum, hendaknya beliau para para pemimpin negeri ini segera berubah agar
segala konflik dan permasalahan negeri ini segera bisa diselesaikan. Karena
bagaimanapun juga saat ini rakyat sudah terlalu banyak menderita dan butuh
perubahan.
Salah satu pemimpin yang berhasil menerapkan 8 Sifat Kepemimpinan Asta Brata adalah Sultan Agung Raja Mataram, Raden Mas Rangsang yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung Hanyakrakusuma (memerintah tahun 1613 – 1646 M).
Salah satu pemimpin yang berhasil menerapkan 8 Sifat Kepemimpinan Asta Brata adalah Sultan Agung Raja Mataram, Raden Mas Rangsang yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung Hanyakrakusuma (memerintah tahun 1613 – 1646 M).
Dalam masa kepemimpinan beliau, Mataram menemui Jaman Keemasan yaitu dengan maju pesatnya Mataram dalam segala bidang. Baik Bidang Pendidikan, Keagaamaan, Ekonomi, Pemerintahan, maupun dalam Militer. Terbukti dalam masa kepemimpinan Sultan Agung Mataram berhasil melakukan 2kali penyerangan ke Batavia Belanda, walaupun penyerangan tersebut tidak mengusir Belanda dari tanah Jawa.
Sumber: http://sosbud.kompasiana.com