Selasa, 24 Juni 2014

KI KRAMA LEKSANA ( IBRAHIM ASMORO KONDI )

 Peta Kebumen buatan Belanda (1906), masa dimana kadipaten Panjer sudah dibumihanguskan

Sosok Kramaleksana hidup pada masa Sultan Amangkurat I sampai Hamengku Buwana I (1600 - 1700 an). Pada masa perang Mangkubumi (1746 - 1775) Kramaleksana ikut membantu Pangeran Mangkubumi yang pada saat itu memusatkan pertahannya di tanah panjer (termasuk di dalamnya adalah wilayah Sruni, Selang, Kalijirek, Kutowinangun dsb) yang kemudian berubah menjadi Kabupaten Kebumen pasca pembumihangusan Pendopo Agung kotaraja panjer (sekarang area Pabrik Minyak Nabatiasa / Sarinabati) pada tahun 1832.


Menurut beberapa sumber data berupa babad antara lain: Babad Sruni, Babad Giyanti (karya R. Ngabehi yasadipura I / kakek R. Ngabehi Ranggawarsita), Babad Banyumas, maupun silsilah Raja - Raja Jawa (Serat Sarasilah) dapat diketahui sebagai berikut:

 "Sosok Kramaleksana muncul setelah bertahtanya Amangkurat II menggantikan Amangkurat I. dikisahkan bahwa atas jasanya mengusir Trunajaya beserta timnya yang mengejar Amangkurat I sampai di tanah panjer, maka Kertinegara Sruni (sebelum peristiwa pemberontakan Trunajaya, Kertinegara telah melakukan pemberontakan terhadap Amangkurat I dan kemudian bertobat) diangkat sebagai Wedana Bupati Brang Kulon dengan gelar Tumenggung Kertinegara oleh Amangkurat II. Dalam acara Tasyakuran atas pemberian penghargaan tersebut, Kertinegara menikahkan putrinya yang bernama Rara Inten (anak bungsu Kertinegara dengan istri pertamanya) dengan Ki Kramaleksana anak Ki Kramayuda Sruni. Acara berlangsung tiga hari tiga malam dan sangat meriah. Selang dua bulan dari acara tersebut, Tumenggung Kertinegara bersama Ki Demang Sutawijaya dan Ki Kramaleksana (menantunya) menghadap ke Kraton baru di Kartasura dalam rangka menyerahkan upeti tanah panjer. Selain itu Kertinegara juga mengabdikan menantunya yakni Kramaleksana. Atas kemurahan Amangkurat II Kramaleksana diterima dan diangkat menjadi Mantri Pamajegan di Klegenkilang (sekarang berubah nama menjadi Selang) dengan gelar Ngabei Kramaleksana. Setelah beberapa hari di Kartasura, mereka pun kembali ke Sruni. Kemudian Kramaleksana segera pindah tinggal di Klegenkilang guna menjalankan tugasnya ".

Leluhur dari Kramaleksana dan Bandara Raden Ayu Turunsih

Alur leluhur Kramaleksana diketahui berasal dari Kyai Aden. Ada perbedaan pendapat tentang sosok Kyai Aden. Dalam Babad Sruni, Kyai Aden ditulis sebagai anak dari Jaka Lancing (Mbah Lancing). Sedangkan menurut Sarasilah (silsilah Raja - raja Jawa) halaman 40 diketahui bahwa Kyai Aden adalah guru dari Raden Jaka Lancing. Raden Jaka Lancing / Raden Banyak Patra / Harya Surengbala / Panembahan Madiretna adalah anak ke 50 dari Brawijaya V (Raden Alit) yang lahir dari istri selir dan sengaja diserahkan kepada Kyai Aden Gesikan untuk dididik.


  • Kyai Aden Gesikan, berputra;
  • Kyai Sutamenggala (Sruni), berputra;
  • Kyai Sutapraja (Sruni), berputra;
  • Kyai Kramayuda (Sruni), berputra (diantaranya);
  • Kyai Kramaleksana dan Bandara Raden Ayu Turunsih.
Leluhur dari Nyai Kramaleksana (istri pertama)

Dari Babad Sruni diketahui bahwa Nyai Kramaleksana yang merupakan anak dari Tumenggung Kertinegara Sruni memiliki alur Majapahit sebagai berikut:
  • Prabu Brawijaya terakhir menurunkan;
  • Raden Jaka Pekik / Harya Jaranpanolih Sumenep (Saudara Jaka Lancing), berputra;
  • Harya Leka (Sumenep), berputra;
  • Jambaleka (Sumenep), berputra;
  • Ki Mas Manca / Harya Mancanagara (Patih Pajang), berputra;
  • Ki Mas Tumenggung Pramonca (Sruni), berputra;
  • Raden Tumenggung Kertinegara I (Sruni), berputra;
  • Kertileksana, Kertisentika, Rara Rinten (dari istri pertama), dan Rara Ranti (dari istri kedua). Rara Rinten kemudian dinikahkan dengan Kramaleksana dan menurunkan Bandara Raden Ayu Handayasmara.
Trah Ki Kramaleksana

Menurut beberapa sumber, Kramaleksana memiliki istri dua orang. Istri pertama adalah anak dari Tumenggung Kertinegara Sruni, sedangkan istri kedua adalah anak dari Raden Tumenggung Wiraguna kartasura. Dari keduanya Kramaleksana memiliki lima belas (15) orang anak yaitu:


  1. Ngabehi Wiryakrama, mantri Gunung ing Tlagagapitan; (Salah satu putrinya dijadikan istri kelangenan dari Sultan Hamengku Buwana II dan bergelar Bandara Raden Ayu Nilaresmi, kemudian menurunkan Gusti Raden Ayu Pringgadirja).
  2. Mbok Mas Dipayuda.
  3. Ngabehi Kramadirja, Mantri Nangkil Ngayogyakarta. Setelah selesai bertugas, ia kemudian kembali ke Selang dan berganti nama menjadi Ki Kramasentika, akan tetapi oleh masyarakat setempat kemudian lebih dikenal sebagai Ki Kramareja.
  4. Mbak Mas Rara Pieces, kemudian menjadi istri Kelangenan Hamengku Buwana I dan bergelar Bandara Raden Ayu Handayahasmara, kemudian menurunkan: Bandara Pangeran Harya Hadikusuma, Bandara Raden Ayu Juru, dan Bandara Pangeran Harya Balitar.
  5. Mbok Mas Kramayuda.
  6. Ki Secawijaya, setelah menjadi Mantri Nangkil ing Ngyogyakarta menggantikan saudara laki lakinya kemudian bergelar Ngabehi Kramadirja.
  7. Ki Kramadiwirya.
  8. Ngabehi Resadirja, menikah dengan cicit / buyut Mangkunegaran Sambernyawa Surakarta.
  9. Ngabehi Kramataruna.
  10. Ki Kramatirta.
  11. Ki Resadiwirya
  12. Mbok Mas Wiryayuda (Setrareja).
  13. Mbok Mas Resapraja (Kramasentika).
  14. Ki Honggawijaya, setelah menjadi Mantri bergelar Ngabehi Kramayuda, istrinya dari Surakarta, dan menurunkan salah satunya Ngabehi Jayapranata yang di kemudian hari menjadi Patih Mangkunegaran. Anak perempuan Ngabehi Jayapranata dijadikan istri kelangenan Pangeran Mangkunagara III dan bergelar Mas Ajeng Handayaresmi, menurunkan dua orang yakni Raden Mas Suryahandaka dan Raden Ajeng Kuning (menikah dengan Pangeran Harya Gandahatmaja anak dari Pangeran Adipati Mangkunagara IV Surakarta).
  15. Mbok Mas Jawidenta.
 Anak - anak Kramaleksana tersebut di atas, mulai dari nomor 1 sampai 5 dilahirkan dari istri pertamanya (Puteri Tumenggung Kertinegara Sruni), sedangkan anak nomor 6 sampai 15 lahir dari istri kedua (Putri Tumenggung Wiraguna Kartasura).

 Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa keturunan Kramaleksana yang kemudian menurunkan darah Kraton Yogyakarta ada dua orang dan darah Mangkunegaran satu orang yakni:
  1. Anak ke 4 menjadi istri kelangenan Hamengku Buwana I
  2. Cucu Kramaleksana (anak dari Wiryakrama) menjadi istri kelangenan Hamengku Buwana II
  3. Cicit / Buyut Kramaleksana menjadi istri kelangenan Kanjeng Gusti Pangeran Harya Mangkunagara III Surakarta.
Selain anaknya, ternyata saudara perempuan Kramaleksana juga menjadi istri kelangenan Hamengku Buwana I dan bergelar Bandara Raden Ayu Turunsih, yang menurunkan 2 orang anak yakni:
  1. Bandara Pangeran Harya Mangkukusuma
  2. Bandara Raden Ayu Tumenggung Danunagara. Adapun Raden Tumenggung Danunagara adalah anak dari Kanjeng Raden Hadipati Danureja I Patih Yogyakarta (Danureja I sebelumnya menjabat sebagai Bupati Banyumas IX dengan gelar Adipati Yudanegara III).

Disadur dari beberapa Sumber.