Sruktur Wilayah Kabupaten Kebumen
Secara geografis Kabupaten Kebumen
terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur.
Bagian selatan Kabupaten Kebumen merupakan dataran rendah, sedang pada bagian utara berupa
pegunungan, yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu.
Di selatan daerah Gombong, terdapat rangkaian pegunungan kapur, yang membujur hingga
pantai selatan. Daerah ini terdapat sejumlah gua dengan stalagtit dan
stalagmit.
Kabupaten Kebumen mempunyai luas
wilayah sebesar 128.111,50 ha atau 1.281,11 km² dengan kondisi beberapa wilayah
merupakan daerah pantai dan pegunungan, namun sebagian besar merupakan dataran
rendah.
- Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen, tercatat 39.768,00 hektar atau sekitar 31,04% sebagai lahan sawah dan 88,343.50 hektar atau 68.96% sebagai lahan kering.
- Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah beririgasi teknis dan hampir seluruhnya (46,18%) dapat ditanami dua kali dalam setahun, sebagian lagi berupa sawah tadah hujan (33,82%) yang di beberapa tempat dapat ditanami dua kali dalam setahun, serta 11,25% lahan sawah beririgasi setengah teknis dan sederhana.
- Lahan kering digunakan untuk bangunan seluas 35.985,00 hektar (40,73%), tegalan/kebun seluas 28.777,00 hektar (32,57%) serta hutan negara seluas 16.861,00 hektar (19,08%) dan sisanya digunakan untuk padang penggembalaan, tambak, kolam, tanaman kayu-kayuan, serta lahan yang sementara tidak diusahakan dan tanah lainnya.
Nama Kebumen konon berasal dari kabumian
yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian
Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Sebelumnya, daerah ini sempat tercatat dalam peta sejarah
nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam penyerbuan prajurit Mataram
di zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda
di Batavia.
Saat itu Kebumen masih bernama Panjer.
Salah seorang cicit Pangeran Senopati
yaitu Bagus Bodronolo yang
dilahirkan di Desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan
Mataram yang bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan
bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan
membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit Mataram, sebagai
penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer,
sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal
pangan.
Adapun selain daripada tokoh di
atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama Joko Sangrib, ia adalah
putra Pangeran Puger/Paku Buwono I dari Mataram, dimana ibu Joko Sangrib masih
adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia memiliki
nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung Yosodipuro
I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada
kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan yang ada di daerah
Banyumas, karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan
gelar Tumenggung Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya. Dalam
Babad Kebumen keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah
berkat usulannya.
Di dalam Babad Mataram disebutkan
pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang Mataram/Perang Pangeran
Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit Dalam di Karaton
Surakarta. Di dalam perang tersebut hal yang tidak masuk akal adalah ia tidak
menyerah ke Pangeran Mangkubumi,yang seharusnya berpihak ke Pangeran Mangkubumi
karena beliau termasuk putra Paku Buwono I/ Pangeran Puger. Ternyata ia
bertugas sebagai mata2 penghubung antara pihak Kraton Surakarta dengan Pengeran
Mangkubumi, pada tiap2 waktu ia sabagai utusan Kraton Surakarta untuk
membawakan biaya perang kepada Pangeran Mangkubumi. Cara membawa biaya perang
tersebut yang dalam bentuk emas dan berlian yang dimasukkan di dalam sebuah
Kendang besar, tidak ada satupun yang tahu, baik Belanda,para punggawa Kraton
Solo maupun para prajurit pihak Pangeran Mangkubumi sendiri. Cara membawanya
dengan diselempangkan di belakang badannya sambil naik naik kuda, begitu
berhasil menembus posisi yang dekat dengan Pangeran Mangkubumi maka dengan
cepatnya Kendang tersebut ditaruh di dekat Pangeran Mangkubumi, kemudian pergi
lagi. Demikian pada tiap2 waktu Arungbinang melaksanakan misi rahasia tersebut,
sehingga perang Pangeran Mangkubumi mendapatkan biaya, bahkan peperangan ini
ada yang menyebutkan sebagai perang Kendang. Tampaknya alasan inilah yang
membuat posisi Arungbinang sebagai utusan rahasia. Tugas seperti itu dilakukan
berulangkali.
Sumber : Wikipedia : http://id.wikipedia.org/
Sumber : Wikipedia : http://id.wikipedia.org/