Senin, 30 Desember 2013

RAMALAN KI AJI JOYO BOYO

Isi Ramalan :

    Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran — Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
    Tanah Jawa kalungan wesi — Pulau Jawa berkalung besi.
    Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang — Perahu berjalan di angkasa.
    Kali ilang kedhunge — Sungai kehilangan mata air.
    Pasar ilang kumandhang — Pasar kehilangan suara.
    Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak — Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.

Selasa, 17 Desember 2013

PRABU JOYOBOYO - RAJA KEDIRI



Jangka Jayabaya atau sering disebut Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga .Asal Usul utama serat jangka Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yg digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keaslianya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yg menuliskan bahwasanya Jayabayalah yang membuat ramalan-ramalan tersebut.

Jumat, 13 Desember 2013

Tokoh tokoh Pemegang Kekuasaan Di kebumen



Nama-Nama Tumenggung/Adipati/Bupati yang Pernah Memimpin Kebumen
No.
Nama
Tahun
Nama Daerah
1
Panembahan Bodronolo
1642-1657
Panjer
2
Hastrosuto
1657-1677
Panjer
3
Kalapaking I
1677-1710
Panjer
4
KRT.Kalapaking II
1710-1751
Panjer
5
KRT.Kalapaking III
1751-1790
Panjer
6
KRT.Kalapaking IV
1790-1833
Panjer
7
KRT. Arungbinang IV
1833-1861
Panjer
8
KRT. Arungbinang V
1861-1890
Kebumen
9
KRT. Arungbinang VI
1890-1908
Kebumen
10
KRT. Arungbinang VII
1908-1934
Kebumen
11
KRT. Arungbinang VIII
1934-1942
Kebumen
12
R. Prawotosoedibyo S.
1942-1945
Kebumen
13
KRT. Said Prawirosastro
1945-1947
Kebumen
14
RM. Soedjono
1947-1948
Kebumen
15
R.M. Istikno Sosrobusono
1948-1951
Kebumen
16
R.M. Slamet Projorahardjo
1951-1956
Kebumen
17
R. Projosudarto
1956-1961
Kebumen
18
R. Sudarmo Sumohardjo
1961-1963
Kebumen
19
R.M. Suharjo Notoprojo
1963-1964
Kebumen
20
DRS. R. Soetarjo Kolopaking
1964-1966
Kebumen
21
R. Suyitno
1966-1968
Kebumen
22
Mashud Mertosugondo
1968-1974
Kebumen
23
R. Soepeno Soerjodiprodjo
1974-1979
Kebumen
24
DRS. H. Dadiyono Yudoprayitno
1979-1984
Kebumen
25
Drs. Iswarto
1984-1985
Kebumen
26
H. M.C. Tohir
1985-1990
Kebumen
27
H.M. Amin Soedibyo
1990-1995
Kebumen
28
H.M. Amin Soedibyo
1995-2000
Kebumen
29
Dra. Rustriningsih, M.Si.
2000-2005
Kebumen
30
Dra. Rustriningsih, M.Si
2005-2008
Kebumen
31
K.H.  Nasyirudin Al Mansyur
2008-2010
Kebumen
32
H. Buyar Winarso, SE
2010-
Kebumen

Senin, 09 Desember 2013

TANDA-TANDA KEMATIAN MANUSIA

Allah telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40 hari, 7 hari, 3 hari dan 1 hari menjelang kematian.

Tanda 100 hari menjelang ajal :
Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat kuat, lain dari biasanya, Bagi yang menyadarinya akan terasa indah di
hati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa.

Sejarah Singkat kota Kebumen



Sruktur Wilayah Kabupaten Kebumen
Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Bagian selatan Kabupaten Kebumen merupakan dataran rendah, sedang pada bagian utara berupa pegunungan, yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu. Di selatan daerah Gombong, terdapat rangkaian pegunungan kapur, yang membujur hingga pantai selatan. Daerah ini terdapat sejumlah gua dengan stalagtit dan stalagmit.

Kabupaten Kebumen mempunyai luas wilayah sebesar 128.111,50 ha atau 1.281,11 km² dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan pegunungan, namun sebagian besar merupakan dataran rendah.
  • Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen, tercatat 39.768,00 hektar atau sekitar 31,04% sebagai lahan sawah dan 88,343.50 hektar atau 68.96% sebagai lahan kering.
  • Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah beririgasi teknis dan hampir seluruhnya (46,18%) dapat ditanami dua kali dalam setahun, sebagian lagi berupa sawah tadah hujan (33,82%) yang di beberapa tempat dapat ditanami dua kali dalam setahun, serta 11,25% lahan sawah beririgasi setengah teknis dan sederhana.
  • Lahan kering digunakan untuk bangunan seluas 35.985,00 hektar (40,73%), tegalan/kebun seluas 28.777,00 hektar (32,57%) serta hutan negara seluas 16.861,00 hektar (19,08%) dan sisanya digunakan untuk padang penggembalaan, tambak, kolam, tanaman kayu-kayuan, serta lahan yang sementara tidak diusahakan dan tanah lainnya.
Sejarah Singkat Kota Kebumen

Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Sebelumnya, daerah ini sempat tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam penyerbuan prajurit Mataram di zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda di Batavia. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer.
Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo yang dilahirkan di Desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram yang bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit Mataram, sebagai penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan.
Adapun selain daripada tokoh di atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama Joko Sangrib, ia adalah putra Pangeran Puger/Paku Buwono I dari Mataram, dimana ibu Joko Sangrib masih adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia memiliki nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung Yosodipuro I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan yang ada di daerah Banyumas, karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan gelar Tumenggung Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya. Dalam Babad Kebumen keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah berkat usulannya.
Di dalam Babad Mataram disebutkan pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang Mataram/Perang Pangeran Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit Dalam di Karaton Surakarta. Di dalam perang tersebut hal yang tidak masuk akal adalah ia tidak menyerah ke Pangeran Mangkubumi,yang seharusnya berpihak ke Pangeran Mangkubumi karena beliau termasuk putra Paku Buwono I/ Pangeran Puger. Ternyata ia bertugas sebagai mata2 penghubung antara pihak Kraton Surakarta dengan Pengeran Mangkubumi, pada tiap2 waktu ia sabagai utusan Kraton Surakarta untuk membawakan biaya perang kepada Pangeran Mangkubumi. Cara membawa biaya perang tersebut yang dalam bentuk emas dan berlian yang dimasukkan di dalam sebuah Kendang besar, tidak ada satupun yang tahu, baik Belanda,para punggawa Kraton Solo maupun para prajurit pihak Pangeran Mangkubumi sendiri. Cara membawanya dengan diselempangkan di belakang badannya sambil naik naik kuda, begitu berhasil menembus posisi yang dekat dengan Pangeran Mangkubumi maka dengan cepatnya Kendang tersebut ditaruh di dekat Pangeran Mangkubumi, kemudian pergi lagi. Demikian pada tiap2 waktu Arungbinang melaksanakan misi rahasia tersebut, sehingga perang Pangeran Mangkubumi mendapatkan biaya, bahkan peperangan ini ada yang menyebutkan sebagai perang Kendang. Tampaknya alasan inilah yang membuat posisi Arungbinang sebagai utusan rahasia. Tugas seperti itu dilakukan berulangkali.

Sumber : Wikipedia :  http://id.wikipedia.org/